Banyak
hadist tentang anak yatim yang dapat kita jadikan sebagai tuntunan utuk
meningkatkan ibadah kita sebagai seorang muslim. Sebagaimana telah
dijelaskandalam Al-Qur’an dan hadist yang menganjurkan untuk senantiasa
membantu anak yatim. Islam sangat mencintai orang-orang yang ikhlas dalam
menyantuni anak-anak yatim. Anak yatim berarti anak-anak yang telah kehilangan
salah satu orang tuanya, mereka hidup dalam keadaan yang kurang, maka
bersedekah kepada mereka sangat diutamakan.
Rosululloh
saw. bersabda, “Barangsiapa meletakkan tangannya di atas kepala anak yatim
dengan penuh kasih sayang, maka untuk setiap helai rambut yang disentuhnya akan
memperoleh satu pahala, dan barangsiapa berbuat baik terhadap anak yatim, dia
akan bersamaku di Jannah seperti dua jari ini.” Ketika mensabdakan hadits ini
Rosululloh saw. berisyarat dengan jari telunjuk dan jari tengahnya. Ini
menerangkan kepada kita bahwa jika kita senantiasa menyayangi dan menolong anak
yatim maka nantinya kita akan mendapatkan balasan berada dekat dengan
Rasulullah SAW.
Selain
itu masih banyak hadist tentang anak yatim yang bisa kita jadikan
pedoman untuk membantu kehidupan mereka. Persoalan anak yatim adalah persoalan
yang sangat besar dan setiap orang bertanggungjawab untuk ‘menjaga’ mereka,
harta mereka dengan hati-hati dan menyampaikan faidah dari harta anak yatim itu
kepada mereka dan menjauhkan diri agar tidak memakan harta anak yatim.
Beberapa hadist tentang anak yatim serta penjelasannya
1.
Rosululloh saw. bersabda, “Aku dan penjaga anak yatim akan berada di dalam
Jannah yang berdekatan seperti dekatnya jari tengah dan jari telunjuk.”
Rosululloh
saw. mengisyaratkan bahwa jari tengah lebih tinggi dari jari telunjuk, ini
merupakan salah satu hadist tentang anak yatim yang maksudnya
adalah karena kedudukan beliau sebagai seorang nabi lebih tinggi dari orang
lain, tetapi ‘penjaga’ anak yatim dan penjaga harta mereka akan berada
berdekatan dengan beliau.
2.
Sebaik-baik rumah kaum muslimin ialah rumah yang terdapat di dalamnya anak
yatim yang diperlakukan (diasuh) dengan baik, dan seburuk-buruk rumah kaum
muslimin ialah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim tapi ia diperlakukan
dengan buruk. (HR. Ibnu Majah)
3.
Aku dan seorang wanita yang pipinya kempot dan wajahnya pucat bersama-sama pada
hari kiamat seperti ini (Nabi Saw menunjuk jari telunjuk dan jari tengah).
Wanita itu ditinggal wafat suaminya dan tidak mau kawin lagi. Dia seorang yang
berkedudukan terhormat dan cantik namun dia mengurung dirinya untuk menekuni
asuhan anak-anaknya yang yatim sampai mereka kawin atau mereka wafat. (HR. Abu
Dawud dan Ahmad
4.
Harta-benda anak yatim tidak terkena zakat sampai dia baligh. (HR. Abu Ya’la
dan Abu Hanifa
5.
Tidak disebut lagi anak yatim bila sudah baligh. (HR. Abu Hanifah)
6.
Demi yang mengutus aku dengan hak, Allah tidak akan menyiksa orang yang
mengasihi dan menyayangi anak yatim, berbicara kepadanya dengan lembut dan
mengasihi keyatiman serta kelemahannya, dan tidak bersikap angkuh dengan apa
yang Allah anugerahkan kepadanya terhadap tetangganya. Demi yang mengutus aku
dengan hak, Allah tidak akan menerima sedekah seorang yang mempunyai kerabat
keluarga yang membutuhkan santunannya sedang sedekah itu diberikan kepada orang
lain. Demi yang jiwaku dalam genggamanNya, ketahuilah, Allah tidak akan
memandangnya (memperhatikannya) kelak pada hari kiamat. (HR. Ath-Thabrani)
7.
Barangsiapa menjadi wali atas harta anak yatim hendaklah dikembangkan dan
jangan dibiarkan harta itu susut karena dimakan sodaqoh (zakat). (HR.
Al-Baihaqi)
Membantu
dan menyayangi anak yatim sama saja membantu diri sendiri dari api neraka,
sebab dalam al-Qur’an dan hadist tentang anak yatim telah dijelaskan
siapa saja yang menyayangi anak yatim serta menjaganya maka ia akan mendapatkan
surga. Amin.
Keseimbangan Hidup Di Dunia dan Akhirat
Mahluk yang Allah di ciptakan didunia ini berpasang-pasangan ada siang ada malam, ada bumi ada langit, ada matahari ada bulan ada insan laki-laki ada insan perempuan supaya mereka saling kenal mengenal, saling menyangi, mencintai, tolong menolong memberi, memberi manfaat untuk mencari keridhoaan Allah Swt. agar keseimbangan kehidupan seorang insan tercapai, dunia bahagia akhirat bahagia. diuraikan dalam hadist riwayat Ibnu Asakir tentang keseimbangan hidup didunia dan akhirat.
"Dari
Anas ra, bahwasannya Rasulullah Saw. telah bersabda, "Bukanlah yang
terbaik diantara kamu orang yang meninggalkan urusan dunianya karena (mengejar)
urusan akhiratnya, dan bukan pula (orang yang terbaik) oarang yang
menhinggalkan akhiratnya karena mengejar urusan dunianya, sehingga ia
memperoleh kedua-duanya, karena dunia itu adalah (perantara) yang menyampaikan
ke akhirat, dan janganlah kamu menjadi beban orang lai."
Hadist
tersebut di atas menjelaskan tentang kehidupan manusia yang seharusnya, yaitu
kehidupan yang berimbang, kehidupan dunia harus diperhatikan disamping
kehidupan di akhirat. Islam tidak memandang baik terhadap orang yang hanya
mengutamakan urusan dunia saja, tapi urusan akhirat dilupakan. Sebaliknya Islam
juga tidak mengajarkan umat manusia untuk konsentrasi hanya pada urusan akhirat
saja sehingga melupakan kehidupan dunia.
Dunia adalah sarana yang akan mengantarkan ke akhirat. manusia hidup didunia memerlukan harta benda untuk memenuhi hajatnya, manusia perlu makan, munum, pakaian, tempat tinggal, berkeluarga dan sebagainya, semua ini harus dicari dan diusahakan. Harta juga bisa digunakan untuk bekal beribadah kepada Allah Swt., karena dalam pelaksanaan ibadah itu sendiri tidak lepas dari harta. Contohnya sholat memerlukan penutup aurat (pakaian). ibadah haji perlu biaya yang cukup besar . dengan harta kita bisa membayar zakat, sadaqah, berkurban, menolong fakir miskin dan sebagainya.
Kehadiran kita di dunia ini jangan sampai menjadi beban orang lain. Maksudnya janganlah memberatkan dan menyulitkan orang lain. Dalam hubungan ini, umat Islam tidak boleh bermalas-malasan, apalagi malas bekerja untuk mencari nafkah , sehingga mengharapkan belas kasihan orang lain untuk menutupi keperluan hidup sehari-hari.
Dalam surat al-Qashash ayat 77, Allah mengingatkan:
Dunia adalah sarana yang akan mengantarkan ke akhirat. manusia hidup didunia memerlukan harta benda untuk memenuhi hajatnya, manusia perlu makan, munum, pakaian, tempat tinggal, berkeluarga dan sebagainya, semua ini harus dicari dan diusahakan. Harta juga bisa digunakan untuk bekal beribadah kepada Allah Swt., karena dalam pelaksanaan ibadah itu sendiri tidak lepas dari harta. Contohnya sholat memerlukan penutup aurat (pakaian). ibadah haji perlu biaya yang cukup besar . dengan harta kita bisa membayar zakat, sadaqah, berkurban, menolong fakir miskin dan sebagainya.
Kehadiran kita di dunia ini jangan sampai menjadi beban orang lain. Maksudnya janganlah memberatkan dan menyulitkan orang lain. Dalam hubungan ini, umat Islam tidak boleh bermalas-malasan, apalagi malas bekerja untuk mencari nafkah , sehingga mengharapkan belas kasihan orang lain untuk menutupi keperluan hidup sehari-hari.
Dalam surat al-Qashash ayat 77, Allah mengingatkan:
Kehidupan dunia dan akhirat bagaikan mata rantai yang tak terpisahkan, kehidupan dunia harus dinikmati sebagai rahmat Allah, dan dijadikan persiapan untuk menuju kehidupan yang hakiki yang penuh kebahagiaan, yaitu akhirat.
Lebih jauh lagi Nabi menegaskan yang artinya:
"Bekerjalah untuk kepentingan duniamu, seakan-akan kamu akan hidup selama-lamanya, dan bekerjalah untuk kepentingan akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok".
Tolong Menolong dalam Kebaikan
Allah SWT berfirman di dalam Al Quran“…Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya.” (Al Maidah: 2)
Saudaraku sekalian, ayat yang sangat indah ini merupakan penegasan perintah dari Allah SWT akan kewajiban tolong menolong dalam kebaikan dan takwa serta larangan untuk tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Mari kita muhasabah terkait dengan kandungan ayat ini. Tentu bagi kita yang beriman kepada Allah SWT akan langsung mengevaluasi diri. Apakah saya sudah benar-benar melaksanakan perintah Allah ini?atau malah mengingkarinya? Kita semua berlindung kepada Allah dari kejahatan-kejahatan diri kita. Dan memohon ampun, beristighfar atas maksiat yang kita lakukan di masa lalu, terlebih di bulan ramadhan dimana Allah SWT membuka pintu ampunan selebar-lebarnya.
Mari kita lanjutkan pembahasan tema ini.
Ada hal yang menarik dari firman Allah SWT yang disebutkan di awal yaitu bahwa redaksi seperti ayat ini “Dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa” ternyata hanya tersebut sekali dalam Al-Qur’an, sehingga ayat ini harus difahami dalam konteks umum; umum dari segi sasarannya dan umum dari segi jenis kebaikan yang dituntutnya.
Sungguh sebuah pesan universal dari Islam yang merupakan karakter dan fitrah dasarnya sebagai Rahmatan lil Alamin.
Ibnu Katsir memahami makna umum ayat ini berdasarkan redaksinya tolong menolonglah kalian bahwa Allah swt memerintahkan semua hamba-Nya agar senantiasa tolong menolong dalam melakukan kebaikan-kebaikan yang termasuk kategori Al-Birr dan mencegah dari terjadinya kemungkaran sebagai realisasi dari takwa. Sebaliknya Allah swt melarang mendukung segala jenis perbuatan batil yang melahirkan dosa dan permusuhan.
Selanjutnya Ibnu Katsir mengetengahkan dua hadits untuk memperkuat dan menjelaskan ayat ini, yaitu:
Allah SWT berfirman di dalam Al Quran“…Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya.” (Al Maidah: 2)
Saudaraku sekalian, ayat yang sangat indah ini merupakan penegasan perintah dari Allah SWT akan kewajiban tolong menolong dalam kebaikan dan takwa serta larangan untuk tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Mari kita muhasabah terkait dengan kandungan ayat ini. Tentu bagi kita yang beriman kepada Allah SWT akan langsung mengevaluasi diri. Apakah saya sudah benar-benar melaksanakan perintah Allah ini?atau malah mengingkarinya? Kita semua berlindung kepada Allah dari kejahatan-kejahatan diri kita. Dan memohon ampun, beristighfar atas maksiat yang kita lakukan di masa lalu, terlebih di bulan ramadhan dimana Allah SWT membuka pintu ampunan selebar-lebarnya.
Mari kita lanjutkan pembahasan tema ini.
Ada hal yang menarik dari firman Allah SWT yang disebutkan di awal yaitu bahwa redaksi seperti ayat ini “Dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa” ternyata hanya tersebut sekali dalam Al-Qur’an, sehingga ayat ini harus difahami dalam konteks umum; umum dari segi sasarannya dan umum dari segi jenis kebaikan yang dituntutnya.
Sungguh sebuah pesan universal dari Islam yang merupakan karakter dan fitrah dasarnya sebagai Rahmatan lil Alamin.
Ibnu Katsir memahami makna umum ayat ini berdasarkan redaksinya tolong menolonglah kalian bahwa Allah swt memerintahkan semua hamba-Nya agar senantiasa tolong menolong dalam melakukan kebaikan-kebaikan yang termasuk kategori Al-Birr dan mencegah dari terjadinya kemungkaran sebagai realisasi dari takwa. Sebaliknya Allah swt melarang mendukung segala jenis perbuatan batil yang melahirkan dosa dan permusuhan.
Selanjutnya Ibnu Katsir mengetengahkan dua hadits untuk memperkuat dan menjelaskan ayat ini, yaitu:
Pertama,
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang berbunyi, “Seorang mukmin yang
bergaul dengan manusia dan bersabar atas perlakuan mereka adalah lebih baik dan
besar pahalanya daripada mukmin yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak
bersabar atas perilaku mereka” (Imam Ahmad).
Kedua, hadits yang menyebutkan tentang perintah menolong siapapun, baik yang terzhalimi maupun yang menzhalimi. Rasulullah saw bersabda, “Tolonglah saudaramu yang menzhalimi dan yang terzhalimi”. Maka para sahabat bertanya, “Menolong yang terzhalimi memang kami lakukan, tapi bagaimana menolong orang yang berbuat zhalim?”. Rasulullah menjawab, “Mencegahnya dari terus menerus melakukan kezhaliman itu berarti engkau telah menolongnya”. (Bukhari dan Ahmad).
Bentuk ta’awun secara aplikatif, dijabarkan oleh Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya. Beliau menyebutkan sebagai contoh misalnya beberapa bentuk ta’awun yang bisa dilakukan berdasarkan ayat ini, diantaranya: seorang alim membantu manusia dengan ilmunya, seorang yang kaya membantu orang lain dengan hartanya, seorang yang berani membantu dengan keberaniannya berjuang di jalan Allah swt dan begitu seterusnya. Masing-masing membantu orang lain sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang dimilikinya.
Inilah puncak dari akhlak yang mulia yang dikehendaki melalui ayat ini.
Sayyid Quthb menyebutkan bahwa akhlak ayat ini merupakan puncak dari pengendalian diri dan lapang dada seorang muslim terhadap saudaranya dan terhadap siapapun.
Kedua, hadits yang menyebutkan tentang perintah menolong siapapun, baik yang terzhalimi maupun yang menzhalimi. Rasulullah saw bersabda, “Tolonglah saudaramu yang menzhalimi dan yang terzhalimi”. Maka para sahabat bertanya, “Menolong yang terzhalimi memang kami lakukan, tapi bagaimana menolong orang yang berbuat zhalim?”. Rasulullah menjawab, “Mencegahnya dari terus menerus melakukan kezhaliman itu berarti engkau telah menolongnya”. (Bukhari dan Ahmad).
Bentuk ta’awun secara aplikatif, dijabarkan oleh Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya. Beliau menyebutkan sebagai contoh misalnya beberapa bentuk ta’awun yang bisa dilakukan berdasarkan ayat ini, diantaranya: seorang alim membantu manusia dengan ilmunya, seorang yang kaya membantu orang lain dengan hartanya, seorang yang berani membantu dengan keberaniannya berjuang di jalan Allah swt dan begitu seterusnya. Masing-masing membantu orang lain sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang dimilikinya.
Inilah puncak dari akhlak yang mulia yang dikehendaki melalui ayat ini.
Sayyid Quthb menyebutkan bahwa akhlak ayat ini merupakan puncak dari pengendalian diri dan lapang dada seorang muslim terhadap saudaranya dan terhadap siapapun.
anything in my mind :)
Wednesday, August 26, 2009
Tolong Menolong dalam Kebaikan
Allah SWT berfirman di dalam Al Quran“…Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya.” (Al Maidah: 2)
Saudaraku sekalian, ayat yang sangat indah ini merupakan penegasan perintah dari Allah SWT akan kewajiban tolong menolong dalam kebaikan dan takwa serta larangan untuk tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Mari kita muhasabah terkait dengan kandungan ayat ini. Tentu bagi kita yang beriman kepada Allah SWT akan langsung mengevaluasi diri. Apakah saya sudah benar-benar melaksanakan perintah Allah ini?atau malah mengingkarinya? Kita semua berlindung kepada Allah dari kejahatan-kejahatan diri kita. Dan memohon ampun, beristighfar atas maksiat yang kita lakukan di masa lalu, terlebih di bulan ramadhan dimana Allah SWT membuka pintu ampunan selebar-lebarnya.
Mari kita lanjutkan pembahasan tema ini.
Ada hal yang menarik dari firman Allah SWT yang disebutkan di awal yaitu bahwa redaksi seperti ayat ini “Dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa” ternyata hanya tersebut sekali dalam Al-Qur’an, sehingga ayat ini harus difahami dalam konteks umum; umum dari segi sasarannya dan umum dari segi jenis kebaikan yang dituntutnya.
Sungguh sebuah pesan universal dari Islam yang merupakan karakter dan fitrah dasarnya sebagai Rahmatan lil Alamin.
Ibnu Katsir memahami makna umum ayat ini berdasarkan redaksinya tolong menolonglah kalian bahwa Allah swt memerintahkan semua hamba-Nya agar senantiasa tolong menolong dalam melakukan kebaikan-kebaikan yang termasuk kategori Al-Birr dan mencegah dari terjadinya kemungkaran sebagai realisasi dari takwa. Sebaliknya Allah swt melarang mendukung segala jenis perbuatan batil yang melahirkan dosa dan permusuhan.
Selanjutnya Ibnu Katsir mengetengahkan dua hadits untuk memperkuat dan menjelaskan ayat ini, yaitu:
Pertama, hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang berbunyi, “Seorang mukmin yang bergaul dengan manusia dan bersabar atas perlakuan mereka adalah lebih baik dan besar pahalanya daripada mukmin yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak bersabar atas perilaku mereka” (Imam Ahmad).
Kedua, hadits yang menyebutkan tentang perintah menolong siapapun, baik yang terzhalimi maupun yang menzhalimi. Rasulullah saw bersabda, “Tolonglah saudaramu yang menzhalimi dan yang terzhalimi”. Maka para sahabat bertanya, “Menolong yang terzhalimi memang kami lakukan, tapi bagaimana menolong orang yang berbuat zhalim?”. Rasulullah menjawab, “Mencegahnya dari terus menerus melakukan kezhaliman itu berarti engkau telah menolongnya”. (Bukhari dan Ahmad).
Bentuk ta’awun secara aplikatif, dijabarkan oleh Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya. Beliau menyebutkan sebagai contoh misalnya beberapa bentuk ta’awun yang bisa dilakukan berdasarkan ayat ini, diantaranya: seorang alim membantu manusia dengan ilmunya, seorang yang kaya membantu orang lain dengan hartanya, seorang yang berani membantu dengan keberaniannya berjuang di jalan Allah swt dan begitu seterusnya. Masing-masing membantu orang lain sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang dimilikinya.
Inilah puncak dari akhlak yang mulia yang dikehendaki melalui ayat ini.
Sayyid Quthb menyebutkan bahwa akhlak ayat ini merupakan puncak dari pengendalian diri dan lapang dada seorang muslim terhadap saudaranya dan terhadap siapapun.
Sejarah membuktikan bahwa pola pembinaan Rasulullah mampu menghantarkan orang Arab berakhlak dengan akhlak ini, padahal sebelumnya yang menjadi kebiasaan mereka justru tolong menolong dan kerjasama dalam kebatilan, kemaksiatan dan permusuhan antar sesama atas nama “ashabiyah (fanatisme)”.
Belajar dari para shahabat ra.
Sekarang Rasulullah SAW bermusyawarah dengan kedua sahabatnya yaitu Abu Bakar dan Umar ra. Yang menjadi pokok pikirannya adalah menyusun barisan kaum Muslimin serta mempererat persatuan mereka, untuk menghilangkan segala bayangan yang akan membangkitkan api permusuhan lama diantara mereka. Agar tujuan ini tercapainya maka Rasul saw mengajak kaum Muslimin agar masing-masing bersaudara berdua-dua. Rasul SAW bersaudara dengan Ali bin Abi Thalib. Pamannya Hamzah bersaudara dengan Zaid bekas budaknya. Abu Bakar bersaudara dengan Kharija bin Zaid, Umar ibnu Khattab bersaudara dengan ‘Itban bin Malik al-Khazraji.
Begitu pula setiap muslim dari kaum Muhajirin yang jumlahnya sudah banyak di Yatsrib, yang tadinya tinggal di kota Makkah menyusul ke Madinah setelah Rasul SAW hijrah. Mereka dipersaudarakan pula dengan setiap muslim dari kaum Anshar, yang oleh Rasul kemudian dibuatkan untuk mereka hukum saudara sedarah senasib. Dengan persaudaraan seperti ini ukhuwah diantara kaum Muslimin bertambah erat dan kokoh.
Kaum Anshar memperlihatkan sikap ramah yang luarbiasa terhadap saudara-saudara mereka kaum Muhajirin ini. Abdur-Rahman bin ‘Auf yang sudah bersaudara dengan Sa’ad bin Rabi’ ketika di Yatsrib beliau sudah tidak punya apa-apa lagi. Ketika Sa’ad menawarkan hartanya untuk dibagi dua, Abdur-Rahman menolaknya. Beliau hanya minta tolong ditunjukkan jalan ke pasar. Dan di sanalah ia mulai berdagang mentega dan keju. Dalam waktu yang tidak begitu lama, dengan keahliannya berdagang beliau telah mencapai kekayaannya kembali.
Selain beliau, kaum Muhajirin lainnya banyak pula yang telah melakukan hal serupa.
Tolong
menolong implikasi dari ukhuwah islamiyah
Secara harfiyah ukhuwah memiliki arti persamaan, yang dalam bahasa Indonesia sering diartikan dengan“persaudaraan”. Hal ini karena orang-orang yang bersaudara biasanya memiliki persamaan-persamaan,baik persamaan secara fisik seperti kemiripan wajah karena berasal dari rahim ibu yang sama, atau persamaan sifat.
Dalam konteks keimanan yang sudah dimiliki, orang-orang yang beriman memiliki sifat-sifat yang sama untuk terikat pada nilai-nilai yang datang dari Allah SWT. Karena itu, bila seseorang sudah mengaku beriman tapi tidak ada bukti persaudaraannya, maka kita perlu mempertanyakan apakah ia masih punya iman atau tidak. Hal ini karena antara iman dengan ukhuwah merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan, Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya mukmin itu bersaudara….” (Q.S. Al-Hujuraat:10).
Ukhuwah Islamiyah bukanlah kalimat yang hanya manis di lidah atau sekadar menjadi khayalan tanpa bukti. Karena itu, ukhuwah Islamiyah harus diimplementasikan atau dibuktikan dalam kehidupan nyata. Implementasi ukhuwah dapat kita ukur menurut syarat dan adabnya.
Syarat dalam ukhuwah Islamiyah adalah iman atau aqidah. Ini berarti, ada nilai-nilai iman yang harus dibuktikan dalam kehidupan nyata dalam konteks ukhuwah. Dr. Abdul Halim Mahmud dalam buku Fiqh Ukhuwah mengemukakan implementasi ukhuwah menurut syaratnya yang salah satunya adalah Kaum Muslimin harus saling tolong-menolong dalam kebaikan dan taqwa, yakni segala yang bisa membuat kemaslahatan dan kebaikan umat manusia.
Secara harfiyah ukhuwah memiliki arti persamaan, yang dalam bahasa Indonesia sering diartikan dengan“persaudaraan”. Hal ini karena orang-orang yang bersaudara biasanya memiliki persamaan-persamaan,baik persamaan secara fisik seperti kemiripan wajah karena berasal dari rahim ibu yang sama, atau persamaan sifat.
Dalam konteks keimanan yang sudah dimiliki, orang-orang yang beriman memiliki sifat-sifat yang sama untuk terikat pada nilai-nilai yang datang dari Allah SWT. Karena itu, bila seseorang sudah mengaku beriman tapi tidak ada bukti persaudaraannya, maka kita perlu mempertanyakan apakah ia masih punya iman atau tidak. Hal ini karena antara iman dengan ukhuwah merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan, Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya mukmin itu bersaudara….” (Q.S. Al-Hujuraat:10).
Ukhuwah Islamiyah bukanlah kalimat yang hanya manis di lidah atau sekadar menjadi khayalan tanpa bukti. Karena itu, ukhuwah Islamiyah harus diimplementasikan atau dibuktikan dalam kehidupan nyata. Implementasi ukhuwah dapat kita ukur menurut syarat dan adabnya.
Syarat dalam ukhuwah Islamiyah adalah iman atau aqidah. Ini berarti, ada nilai-nilai iman yang harus dibuktikan dalam kehidupan nyata dalam konteks ukhuwah. Dr. Abdul Halim Mahmud dalam buku Fiqh Ukhuwah mengemukakan implementasi ukhuwah menurut syaratnya yang salah satunya adalah Kaum Muslimin harus saling tolong-menolong dalam kebaikan dan taqwa, yakni segala yang bisa membuat kemaslahatan dan kebaikan umat manusia.
”Hendaklah
kamu tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan janganlah saling
membantu dalam perbuatan dosa dan permusuhan. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah amat keras dalam hukuman-Nya.”
Melalui
ayat ini Allah swt. menyuruh umat manusia untuk saling membantu, tolong
menolong dalam mengerjakan kabaikan/kebajikan dan ketaqwaan. Sebaliknya Allah
melarang kita untuk saling menolong dalam melakukan perbuatan dosa dan
pelanggaran.
Sebagai
makhluk sosial, manusia tak bisa hidup sendirian. Meski segalanya ia miliki:
harta benda yang berlimpah sehingga setiap apa yang ia mau dengan mudah
dapat terpenuhi, tetapi jika ia hidup sendirian tanpa orang lain yang menemani
tentu akan kesepian pula. Kebahagiaan pun mungkin tak pernah ia rasakan.
Lihat
saja betapa merananya (nabi) Adam ketika tinggal di surga. Segala kebutuhan
yang ia perlukan disediakan oleh Tuhan. Apa yang ia mau, saat itu juga dapat dinikmatinya.
Tetapi lantaran ia tinggal sendirian di sana , ia merasa kesepian. Segala yang
di sediakan oleh Sang Pencipta bak terasa hampa menikmatinya.
Dalam
kesendirian yang diselimuti rasa kesepian itu Adam berdo’a pada Tuhan agar
diberikan seorang teman. Allah pun mengabulkannya. Maka sebagaimana diceritakan
dalam al-Qur’an, Allah pun menciptakan Hawa (Eva dalam Al-Kitab) untuk menemani
Adam.
Sebagai
makhluk social pula manusia membutuhkan orang lain. Tak hanya sebagai teman
dalam kesendirian, tetapi juga partner dalam melakukan sesuatu. Entah itu
aktivitas ekonomi, social, budaya, politik maupun amal perbuatan yang terkait
dengan ibadah kepada Tuhan. Di sinilah tercipta hubungan untuk saling tolong
menolong antara manusia satu dengan yang lainnya.
Lucky Club - Lucky Club Live - Live Casino.net
BalasHapusLucky Club offers everything you need to be a member of the Lucky Club family, live casino and bingo. Get your tips and predictions to help luckyclub you win big.
Casino - Best Bet in Pennsylvania 2021 - Mapyro
BalasHapusWe found 충청북도 출장마사지 the top five gambling sites for our 2021-22 동해 출장샵 Pennsylvania bonus. Play 제천 출장샵 the games and win! See 포천 출장안마 where to 서귀포 출장안마 play now!